Bersyukur Itu Penting
Oleh: Dian Pramesti
Atap rumah adalah tempat favorit Ben. Di sanalah Ben menghabiskan waktu melewati suasana malam yang tenang dengan ditemani angin malam yang dingin. Tak ketinggalan cahaya bintang-bintang yang seolah tersenyum menemaninya. Berat rasanya jika langit itu berubah menjadi putih dan matahari mulai menampakkan diri.
Karena 18 bulan sudah Ben menderita hemofilia, kini Ben tak bisa sebebas dulu lagi. Ben harus bisa menjaga dirinya dengan baik agar tidak kembali masuk rumah sakit karena kecerobohannya. Menjaga agar tubuhnya tidak terluka sedikit pun. Karena sekecil apa pun luka itu, Ben harus menjalani perawatan.
Hal itu membuat Ben selalu menyalahkan dirinya. Dia selalu bertanya dalam hati atas keadaannya. ''Kenapa harus aku yang menjalani ini semua?'' batin Ben saat dia merasa capek dan putus asa. ''Kan masih banyak orang di luar sana. Kenapa harus aku?''
''Assalamualaikum, permisi...,'' terdengar suara seorang gadis dari balik pintu ruang tamu. ''Waalaikumsalam, eh Putri... Mari masuk, Nak,'' jawab ibu Ben sambil mengajaknya masuk. Putri adalah sahabat Ben sejak kecil sampai sekarang. Persahabatan mereka berdua seolah tak terpisahkan. Mereka bahkan tak pernah pisah sekolah.
''Ben ada tante?'' tanya Putri. Ibu Ben menjawab ramah, ''Ada di kamar. Paling-paling dia lagi melamun di atas genting.'' Suasana malam yang tenang membawa pikiran Ben melayang-layang. Dia membayangkan semua impiannya. Saking tenangnya, dia bahkan tak menyadari bahwa ibunya telah memanggil sedari tadi.
Dia terkejut saat melihat sang ibu berdiri di belakangnya. ''Eh ibu, ada apa, Bu?'' tanya Ben sambil tersenyum. ''Ada Putri di bawah, sudah lama dia menunggu," jawab ibunya. Bergegaslah Ben meninggalkan tempat favoritnya itu dan keluar kamar menuju ruang tamu untuk menemui Putri.
''Hai Put, ada apa?'' tanya Ben riang. ''Jalan- jalan keliling kompleks yuk Ben, bosan nih di rumah terus,'' jawab Putri. Ajakan Putri bersambut. ''Ayo! Aku juga lagi bosan di rumah,'' sahut Ben ceria. Mereka segera keluar dan berjalan menyusuri jalan kompleks perumahan.
Suasana sekitar kompleks sangat tenang meski agak dingin. Lampu-lampu taman yang cantik turut mewarnai jalanan di kompleks itu. Saat mereka berdua asyik ngobrol, tiba-tiba Ben terdiam dan melamun. Mereka tengah melewati lapangan basket.
Lapangan itu tampak ramai dengan suara teriakan anak-anak yang bermain basket. ''Kenapa kamu ngeliatin mereka seperti itu, Ben?'' tanya Putri heran. ''Aku pengin seperti mereka. Bebas mau ngapain aja. Nggak takut tubuhnya terluka...'' ujar Ben dengan wajah sedih sambil menatap anak-anak yang asyik melempar bola.
''Ben, kamu jangan bicara seperti itu. Manusia dilahirkan di bumi ini berbeda-beda. Apa pun yang kita dapat, kita harus mensyukuri itu Ben,'' jawab Putri bijaksana. Dia mencoba menghibur Ben yang sedih. ''Semua orang punya kekurangan dan kelebihan. Syukurilah bahwa kamu masih punya keluarga yang utuh dan sayang sama kamu,'' kata Putri.
Ben menatap sahabatnya dengan lembut. ''Iya Put, aku mengerti. Aku harus bisa mensyukuri apa yang sudah aku dapat sekarang,'' jawab Ben sambil tersenyum. Putri lega dengan jawaban Ben.
Tak terasa jarum jam sudah berada di angka sepuluh, Ben baru menyadari saat suasana jalan di kompleks itu semakin sunyi. ''Sudah malam Put, ayo aku antar pulang,'' ajak Ben sambil menarik tangan Putri.
Langit yang gelap dan diterangi bintang-bintang itu kini telah berubah menjadi putih dan matahari pun mulai menampakkan sedikit wajahnya. Menandakan bahwa pagi datang dan hari telah berganti. Setelah bersiap-siap, Ben kemudian pamit kepada ayah dan ibunya. Dengan semangat dia menghidupkan mesin mobil kesayangannya untuk menuju rumah Putri yang menunggunya sejak tadi.
Selama di sekolah, Ben tampak berbeda dari biasanya. Hari ini dia terlihat begitu ceria. Teman-teman Ben, termasuk Putri, dibuat heran melihat perubahan Ben. Keceriaan itu berlangsung hingga bel pulang berbunyi. Ben bergegas menuju ke kelas Putri dan langsung menariknya ke dalam mobil. ''Kita mau ke mana Ben?'' ujar Putri heran.
''Ikut aku ke bank yuk buat ambil uang. Terus kita ke panti asuhan, setelah itu temenin aku belanja makanan buat anak-anak jalanan,'' jawab Ben sambil menjelaskan rentetan rencananya hari itu. ''Ngapain Ben? Nggak biasanya kamu seperti ini?'' tanya Putri yang kebingungan melihat tingkah sahabatnya.
Ben tersenyum simpul, ''Aku pengen berbagi Put, aku mau menyisahkan sebagian uangku buat orang-orang di luar sana yang membutuhkan. Aku seperti ini karena nasihat kamu semalam.'' Putri terlihat bahagia.
''Syukurlah... Aku senang dengarnya Ben. Jadi, gara-gara ini juga tadi sikap kamu di sekolah berubah?'' tanya Putri. ''Yups!'' ujar Ben dengan penuh keyakinan.
Mereka berdua lantas bahu membahu melaksanakan niat mulia itu. Setelah semuanya selesai, Ben dan Putri segera pulang. Setelah mengantar Putri, Ben baru ingat bahwa hari ini adalah jadwal untuk memanjakan mobilnya ke salon. Tanpa berpikir panjang, Ben langsung menjalankan mobilnya ke salon mobil.
Dalam perjalanan ke sana, Ben merasa sangat haus. Dia baru sadar bahwa dirinya sama sekali belum minum sejak siang tadi. Akhirnya Ben memarkir mobilnya di pinggir jalan dan segera keluar menuju warung kecil yang menjual minuman. Tak lama kemudian, terdengar suara ledakan. Ben sangat terkejut ketika melihat ke arah mobilnya.
Ternyata suara itu berasal dari mesin mobilnya yang meledak dan hancur karena tertabrak truk. Setelah ditelusuri, sopir truk itu diduga mengantuk. Sopir yang luka-luka tersebut lantas segera dilarikan ke rumah sakit.
Ben sangat sedih melihat mobil kesayangannya itu hancur tak berbentuk. Dia terus menangis hampir tak percaya. Keluarganya dan Putri pun berusaha menenangkannya. Namun, Ben bisa berpikir positif terhadap peristiwa itu. Dia tetap bersyukur masih bisa berada di tengah-tengah orang yang disayanginya.
Andai berada di dalam mobil tadi, pasti sekarang dia sudah mejalani kembali perawatan-perawatan khusus untuk penderita hemofilia. Ben pun yakin, semua itu ditolong Allah karena dia telah bersedekah tadi siang.
Dia mensyukuri keselamatannya dalam doa yang dipanjatkannya. "Bersedekah bisa menyelamatkan diri dari maut. Janganlah merasa harta akan habis karena digunakan untuk bersedekah. Justru sebaliknya, Tuhan akan membalasnya dengan kebaikan yang tak terduga. Sungguh besar keagungan-Mu Ya Tuhan,'' ucap Ben dengan penuh rasa syukur. ***
Penulis adalah pelajar SMAN 3 Surabaya
Oleh: Dian Pramesti
Atap rumah adalah tempat favorit Ben. Di sanalah Ben menghabiskan waktu melewati suasana malam yang tenang dengan ditemani angin malam yang dingin. Tak ketinggalan cahaya bintang-bintang yang seolah tersenyum menemaninya. Berat rasanya jika langit itu berubah menjadi putih dan matahari mulai menampakkan diri.
Karena 18 bulan sudah Ben menderita hemofilia, kini Ben tak bisa sebebas dulu lagi. Ben harus bisa menjaga dirinya dengan baik agar tidak kembali masuk rumah sakit karena kecerobohannya. Menjaga agar tubuhnya tidak terluka sedikit pun. Karena sekecil apa pun luka itu, Ben harus menjalani perawatan.
Hal itu membuat Ben selalu menyalahkan dirinya. Dia selalu bertanya dalam hati atas keadaannya. ''Kenapa harus aku yang menjalani ini semua?'' batin Ben saat dia merasa capek dan putus asa. ''Kan masih banyak orang di luar sana. Kenapa harus aku?''
''Assalamualaikum, permisi...,'' terdengar suara seorang gadis dari balik pintu ruang tamu. ''Waalaikumsalam, eh Putri... Mari masuk, Nak,'' jawab ibu Ben sambil mengajaknya masuk. Putri adalah sahabat Ben sejak kecil sampai sekarang. Persahabatan mereka berdua seolah tak terpisahkan. Mereka bahkan tak pernah pisah sekolah.
''Ben ada tante?'' tanya Putri. Ibu Ben menjawab ramah, ''Ada di kamar. Paling-paling dia lagi melamun di atas genting.'' Suasana malam yang tenang membawa pikiran Ben melayang-layang. Dia membayangkan semua impiannya. Saking tenangnya, dia bahkan tak menyadari bahwa ibunya telah memanggil sedari tadi.
Dia terkejut saat melihat sang ibu berdiri di belakangnya. ''Eh ibu, ada apa, Bu?'' tanya Ben sambil tersenyum. ''Ada Putri di bawah, sudah lama dia menunggu," jawab ibunya. Bergegaslah Ben meninggalkan tempat favoritnya itu dan keluar kamar menuju ruang tamu untuk menemui Putri.
''Hai Put, ada apa?'' tanya Ben riang. ''Jalan- jalan keliling kompleks yuk Ben, bosan nih di rumah terus,'' jawab Putri. Ajakan Putri bersambut. ''Ayo! Aku juga lagi bosan di rumah,'' sahut Ben ceria. Mereka segera keluar dan berjalan menyusuri jalan kompleks perumahan.
Suasana sekitar kompleks sangat tenang meski agak dingin. Lampu-lampu taman yang cantik turut mewarnai jalanan di kompleks itu. Saat mereka berdua asyik ngobrol, tiba-tiba Ben terdiam dan melamun. Mereka tengah melewati lapangan basket.
Lapangan itu tampak ramai dengan suara teriakan anak-anak yang bermain basket. ''Kenapa kamu ngeliatin mereka seperti itu, Ben?'' tanya Putri heran. ''Aku pengin seperti mereka. Bebas mau ngapain aja. Nggak takut tubuhnya terluka...'' ujar Ben dengan wajah sedih sambil menatap anak-anak yang asyik melempar bola.
''Ben, kamu jangan bicara seperti itu. Manusia dilahirkan di bumi ini berbeda-beda. Apa pun yang kita dapat, kita harus mensyukuri itu Ben,'' jawab Putri bijaksana. Dia mencoba menghibur Ben yang sedih. ''Semua orang punya kekurangan dan kelebihan. Syukurilah bahwa kamu masih punya keluarga yang utuh dan sayang sama kamu,'' kata Putri.
Ben menatap sahabatnya dengan lembut. ''Iya Put, aku mengerti. Aku harus bisa mensyukuri apa yang sudah aku dapat sekarang,'' jawab Ben sambil tersenyum. Putri lega dengan jawaban Ben.
Tak terasa jarum jam sudah berada di angka sepuluh, Ben baru menyadari saat suasana jalan di kompleks itu semakin sunyi. ''Sudah malam Put, ayo aku antar pulang,'' ajak Ben sambil menarik tangan Putri.
Langit yang gelap dan diterangi bintang-bintang itu kini telah berubah menjadi putih dan matahari pun mulai menampakkan sedikit wajahnya. Menandakan bahwa pagi datang dan hari telah berganti. Setelah bersiap-siap, Ben kemudian pamit kepada ayah dan ibunya. Dengan semangat dia menghidupkan mesin mobil kesayangannya untuk menuju rumah Putri yang menunggunya sejak tadi.
Selama di sekolah, Ben tampak berbeda dari biasanya. Hari ini dia terlihat begitu ceria. Teman-teman Ben, termasuk Putri, dibuat heran melihat perubahan Ben. Keceriaan itu berlangsung hingga bel pulang berbunyi. Ben bergegas menuju ke kelas Putri dan langsung menariknya ke dalam mobil. ''Kita mau ke mana Ben?'' ujar Putri heran.
''Ikut aku ke bank yuk buat ambil uang. Terus kita ke panti asuhan, setelah itu temenin aku belanja makanan buat anak-anak jalanan,'' jawab Ben sambil menjelaskan rentetan rencananya hari itu. ''Ngapain Ben? Nggak biasanya kamu seperti ini?'' tanya Putri yang kebingungan melihat tingkah sahabatnya.
Ben tersenyum simpul, ''Aku pengen berbagi Put, aku mau menyisahkan sebagian uangku buat orang-orang di luar sana yang membutuhkan. Aku seperti ini karena nasihat kamu semalam.'' Putri terlihat bahagia.
''Syukurlah... Aku senang dengarnya Ben. Jadi, gara-gara ini juga tadi sikap kamu di sekolah berubah?'' tanya Putri. ''Yups!'' ujar Ben dengan penuh keyakinan.
Mereka berdua lantas bahu membahu melaksanakan niat mulia itu. Setelah semuanya selesai, Ben dan Putri segera pulang. Setelah mengantar Putri, Ben baru ingat bahwa hari ini adalah jadwal untuk memanjakan mobilnya ke salon. Tanpa berpikir panjang, Ben langsung menjalankan mobilnya ke salon mobil.
Dalam perjalanan ke sana, Ben merasa sangat haus. Dia baru sadar bahwa dirinya sama sekali belum minum sejak siang tadi. Akhirnya Ben memarkir mobilnya di pinggir jalan dan segera keluar menuju warung kecil yang menjual minuman. Tak lama kemudian, terdengar suara ledakan. Ben sangat terkejut ketika melihat ke arah mobilnya.
Ternyata suara itu berasal dari mesin mobilnya yang meledak dan hancur karena tertabrak truk. Setelah ditelusuri, sopir truk itu diduga mengantuk. Sopir yang luka-luka tersebut lantas segera dilarikan ke rumah sakit.
Ben sangat sedih melihat mobil kesayangannya itu hancur tak berbentuk. Dia terus menangis hampir tak percaya. Keluarganya dan Putri pun berusaha menenangkannya. Namun, Ben bisa berpikir positif terhadap peristiwa itu. Dia tetap bersyukur masih bisa berada di tengah-tengah orang yang disayanginya.
Andai berada di dalam mobil tadi, pasti sekarang dia sudah mejalani kembali perawatan-perawatan khusus untuk penderita hemofilia. Ben pun yakin, semua itu ditolong Allah karena dia telah bersedekah tadi siang.
Dia mensyukuri keselamatannya dalam doa yang dipanjatkannya. "Bersedekah bisa menyelamatkan diri dari maut. Janganlah merasa harta akan habis karena digunakan untuk bersedekah. Justru sebaliknya, Tuhan akan membalasnya dengan kebaikan yang tak terduga. Sungguh besar keagungan-Mu Ya Tuhan,'' ucap Ben dengan penuh rasa syukur. ***
Penulis adalah pelajar SMAN 3 Surabaya